Senin, 06 Januari 2014

Perjalanan sepasang kekasih di tengah hujan

Ini nyata tentang kisahku dan dia
Perjalanan kasih penuh memori
Sepasang muda mudi tertawa berdua
Melihat hujan dan sesekali bermain dengan tetesan airnya

Hujanpun dahulu pernah menjadi saksi
Canda tawa mereka di teras waktu itu
Seolah langit ikut berbahagia
Pelangipun terlukis di ujung senja
Memberi warna warni sore itu melengkapi kenangan ini

Di januari ini
Hujan turun setiap saat
Menginginkanku mengingat kembali
Membuatku menulis ini
Rangkaian kata apa adanya yang terpendam akhir akhir ini

Aku selalu merindukanmu saat hujan

Masih ingatkah Sa, ketika hujan berderai di penghujung senja dan kita berdua berdansa di bawahnya? Tepat di bawah lengkungan langit aku menengadahkan tangan, seperti talang yang mengantar tempias ke pelimbahan.

"Jangan begitu, ini hujan pertama sepanjang musim. Air dan debu akan menikam tubuhmu," katamu sambil melepas jaket dan menudungkannya ke atas kepalaku.

Aku mengerling, pura-pura tak setuju dengan ceramah ekologi (atau biologi?)-mu, padahal saat itu diam-diam aku melirik restoran Padang dengan perut keroncongan. Tapi kita terus berderap, berjinjit-jinjit menghindari air membasuh sepatu kita, walau setelahnya sepatu kita tetap bercampur debu dan lumpur.

"Aku suka hujan," ucapku dengan senyum masih tertanam. "Sebab hujan selalu mengingatkanku pada Tuhan," tambahku di dalam hati.

Engkau diam, tak balas berkomentar. Mungkin engkau sedang bertualang ke hujan yang lain, pada masa yang lain. Aku melirik wajahmu yang masih menerawang, dadaku seketika gamang.

Aku tak dapat mengingat, berapa kali kita bermandi hujan di langit yang sama, pada saat yang sama. Ah mungkin waktu itu, ketika gerimis tanpa malu bertandang padahal aku baru saja datang, kamarmu seketika berbau tempias. Kapankah itu? Setahun, dua tahun, sebulan, dua bulan? Waktu menyusut dan memuai di dalam botol pasirku, Sa.

 Yang jelas, aku dapat melihat kesedihan sekaligus kegetiran ketika musim kemarau begitu lama menjerang. Ada hujan yang kau rindukan, semoga itu hujan ketika bersamaku. Sebab aku, belum siap mengarungi dingin tanpamu.



Dear'Jholy.wm 100412

Terima Kasih Papa

Papa adalah lelaki pertama yang mengajarkan saya bagaimana menjadi perempuan berhati karang.
Ia tak pernah banyak berbicara, tak pernah banyak memerintah atau mengemukakan keberatan atas kebanalan apa pun yang saya lakukan. Barangkali ia sudah mafhum bahwa putri sulungnya adalah pengelana yang selamanya akan berada di trotoar dunia.

Saya tahu, di balik mata apinya, ia masih menyimpan semacam kebanggaan karena sayalah satu-satunya anak yang mirip sekali dengannya baik secara fisik maupun kemampuan. Dari kecil saya selalu merasa bahwa wajah dan bentuk tubuh saya tidak pernah mirip Ibu. Saya mewarisi alis lengkung dan bulu mata lentik Papa. Saya juga mewarisi kulitnya yang cokelat tua..

Ketika remaja, saya juga sudah tahu bahwa saya adalah seorang anak yang akan mempunyai cita" yang luar   biasa, Papa itu, lelaki yang penuh dengan potensi. Ia bisa membuat apa saja dari mulai sangkar burung berukiran indah sampai membangun rumah. Keahlian Papa (yang sering kali menjadi rebutan para 'atasannya') tidak didapat dari pendidikan yang layak,Papa adalah seorang Guru SD,di desa kami papa juga menjadi Guru Jemat di Gereja Kalvari skendi & Alfa wersar. selain itu Papa adalah orang yang punya   bakat dalam   bermain musik, Ia mengasah keahliannya sendiri. Sama seperti saya.

 usia Papa sekarang.  sekitar 55 tahun. Di usianya yang menginjak setengah abad ia masih giat bekerja, masih bersemangat menciptakan apa saja.

Mengenang Bapak berarti menelusuri gorong-gorong ingatan masa lalu saya. Menghadirkan kembali slide-slide yang tadinya sempat saya lupa....



Makasih Papa,,,

I
LOVE
YOU
PAPA


,Julia,Makabe

Mimpi yang kembali

"sesuatu yang pernah kita cintai tak akan pernah benar-benar mati. Selalu ada benih yang sempat tertinggal untuk kemudian tumbuh kembali."


  • Bersama kata aku ada, di dalam kata aku bernyawa.
  • jika kita tak pernah mengalami "kelemahan"
    bagaimana kita bisa mengerti makna dari "kekuatan"?

    jika kita tak pernah mengalami "kesulitan"
    bagaimana kita mampu mensyukuri "kemudahan"?

    jika kita tak pernah mengalami "dukacita"
    bagaimana kita bisa merasakan indahnya "sukacita"?

    jika kita tak pernah mengalami "kejatuhan"
    bagaimana kita bisa menikmati semangat "kebangkitan"?
  •  Jangan meminta beban yang ringan pada Tuhan, tetapi
    Mintalah bahu yang kuat untuk pikul beban itu..

    keep spirit.
  • Terkadang seseorang lebih memilih tersenyum, hanya karena tidak ingin menjelaskan mengapa ia bersedih.



Jumat, 03 Januari 2014

Jepretanku

Pemandangan Awan di kota jogja 

Kampus tercinta Stmik Akakom Yogyakarta

                                                                           

Rumah ku sederhana tetapi di sini aku dilahirkan dan dibesar
kan oleh kedua orang Tua ku,, "istanaku"
Pengen jadi fotografer terkenal

pemandangan matahari dipagi hari,,
saat terbangun dari tidurku.
di depan rumah,(Skendi,sorong selatan)Teminabuan/Papua

^untukmu KenanganKu^

ketika semua yang ku harapkan hilang,,
tapi saat aku duduk di tempat yg sama di bawah pohon ini,,
sambil mendengarkan lagu yang pernah kau nyanyikan utk ku,,,
aku jadi teringat akan kisah yang telah berlalu,,
tak ada yang bisa aku katakan,,,
hanya ungkapan Trima kasih utk hari pernah kita lewati bersama disini,
di antra mereka yang hanya melihat dan tak mengerti tentang rasa yang ada di hati kita,,, rindu ku utnk mu selalu abadi,,
akan utuh seperti pohon yang rindang ini,
yang selalu memerikan keteduhan pada kita,,

^untukmu KenanganKu^

trima kasih untuk kisah indah yang pernah ada.


()7.!7.2()!()

93n3m()(%4n9x4)